Wawasan mengenai sistem peringatan dini kekeringan di Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.32679/jsda.v13i1.158Kata Kunci:
Kekeringan, sistem peringatan dini, algoritma-algoritma, koreksi biasAbstrak
Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang seringkali kurang diperhatikan karena sifat dari bencana itu sendiri yang terjadi secara perlahan. Namun jika dibandingkan dari kerugian yang dialami, terutama oleh petani, maka bencana kekeringan ini merupakan bencana yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan bencana lainnya. Untuk mengurangi dampak yang diakibatkan dari bencana kekeringan ini, maka diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan peringatan dini kekeringan beberapa bulan ke depan. Oleh karena itu, makalah ini membahas mengenai wawasan dalam pembuatan sistem peringatan dini kekeringan di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis kekeringan untuk menghitung tingkat kekeringan di masa yang akan datang dapat dibagi menjadi dua buah algoritma. Algoritma pertama digunakan untuk menghitung parameter-parameter distribusi atau nilai CDF (Cummulative Distribution Frequency) dari data historis untuk setiap bulannya dan setiap grid selnya. Algoritma kedua digunakan untuk menghitung nilai indek kekeringan dari data peramalan. Hasil dari peramalan kekeringan harus dapat menampilkan dua buah data, yaitu peta daerah yang akan mengalami kekeringan, dan grafik indek kekeringan untuk setiap provinsi di Indonesia dengan menampilkan batas atas dan bawah dari model. Jika data peramalan masa lampau (hindcast) dimiliki, maka koreksi bias terhadap data peramalan harus dilakukan untuk mendapatkan hasil peramalan yang lebih akurat. Dengan adanya pembahasan mengenai wawasan sistem peringatan dini kekeringan ini, maka diharapkan kedepannya Indonesia akan mempunyai sistem peringatan dini kekeringan.
Referensi
Alley W. M. 1984. The Palmer drought severity index: Limitations and applications, J. Appl. Meteor., 23, 1100–1109.
Bloomfield J. P., dan Marchant B. P. 2013. Analysis of groundwater drought building on the standardized precipitation index approach, Hydrol. Earth Syst. Sci., 17, 4769-4787, doi:10.5194/hess-17-4769-2013.
CNN Indonesia. 2015. Kekeringan landa delapan provinsi di Indonesia, Selasa 28 July 2015, diperoleh dari http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150728095930-20-68525/kekeringan-landa-delapan-provinsi-di-indonesia/, Diakses pada tanggal 9 February 2017.
Dai A. 2010. Drought under global warming: a review, WIREs Clim. Change, 2, 45-65, doi:10.1002/wcc.81.
Dee D. P., dan Da Silva A. M. 1998. Data assimilation in the presence of forecast bias, Q. J. R. Meteorol. Soc, 124, 269-295.
Dee D. P., Uppala S. M., Simmons A. J., Berrisford P., Poli P., dan rekan-rekan. 2011. The ERA-interim reanalysis: configuration and performance of the data assimilation system, Q. J. R. Meteorol. Soc., 137, 553-597.
Djaman K., Balde A. B., Sow A., Muller B., Irmak S., N’Diaye M. K., Manneh B., Moukoumbi Y. D., Futakuchi K., dan Saito K. 2015. Evaluation of sixteen reference evapotranspiration methods under sahelian conditions in the Senegal River Valley, J. Hydrol.: Regional Studies, 3, 139-159, doi:10.1016/j.ejrh.2015.02.002.
EurAqua. 2004. Discussion Document: Towards a European Drought Policy.
Van Loon A. F. 2015. Hydrological drought explained, WIREs Water, doi:10.1002/wat2.1085.
Federal Emergency Management Agency (FEMA). 1995. National Mitigation Strategy: Partnerships for building safer communities. Mitigation Directorate, p.2, Washington, DC: Federal Emergency Management Agency, 40.
Hamill T. M., Hagedorn R., dan Whitaker J. S. 2007. Probabilistic Forecast Calibration Using ECMWF and GFS Ensemble Reforecasts, part II: Precipitation, Mon. Wea. Rev., 136, 2620-2632, doi: 10.1175/2007MWR2411.1.
Hisdal H., Tallaksen L. M., Clausen B., Peters E., dan Gustard A. 2004. Hydrological drought characteristics, in: Hydrological Drought. Processes and Estimation Methods for Streamflow and Groundwater, edited by: Tallaksen, L. M. and Van Lanen, H., Developments in Water Science 48, Elsevier Science B.V, 139–198.
Hosking J. R. M. 1990. L-Moments: analysis and estimation of distributions using linear combinations of order statistics, J. Royal Statistical Soc. Series B (Methodological), Vol. 52, 105-124.
Jun-Ichi H., Yamanaka M. D., Matsumoto J., Fukao S., Winarso P. A., dan Sribimawati T. 2002. Spatial and temporal variations of the rainy season over Indonesia and their link to ENSO, Journal of the Meteorological Society of Japan, Vol. 80, No. 2, pp. 285-310.
Kallis G. 2008. Droughts, Annu. Rev. Env. Resour., 33:85-118.
McKee T. B., Doesken N. J., dan Kleist J. 1993. The relationship of drought frequency and duration to time scales, Preprints, Eighth Conf. on Applied Climatology. Anaheim, CA, Amer.Meteor. Soc., 179–184.
Palmer W. C. 1965. Meteorological droughts. U.S. Department of Commerce, Weather Bureau Research Paper 45, 58 pp.
Persson A. 2001. User guide to ECMWF forecast products, Meteorological Bulletin, M3.2, ECMWF, 2001.
Robine J-M., Cheung S. L. K., Le Roy S., van Oyen H., Griffiths C., Michel J-P., dan Herrmann F. R. 2008. Death toll exceeded 70,000 in Europe during the summer of 2003, Comp. Rendus Biol., 331:171-178, doi:10.1016/j.crvi.2007.12.001.
Shukla S., dan Wood W. 2008. Use of standardized runoff index for characterizing hydrologic drought, Geophys. Res. Lett., 35, L02405, doi:10.1029/2007GL032487.
Sutanto S. J., dan Adidarma W. K. 2015. Analisis kekeringan di beberapa negara Eropa dengan menggunakan data dari model iklim global dan di Indonesia menggunakan data hujan, Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 11, No. 1, 1-6.
Sutanto S. J., Hoffmann G., Adidarma W., dan Röckmann T. 2013. Correlation of drought related to ENSO and water isotopes in Indonesia, 4th International Seminar of HATHI, 6-8 September 2013, Yogyakarta.
Taufik M., Torfs P. J. J. F., Uilenhoet R., Jones P. D., Murdiyarso D., dan Van Lanen H. A. J. 2017. Amplification of wildfire area burnt by hydrological drought in the humid tropics, Nature Climate Change, doi:10.1038/NCLIMATE3280.
Van Loon A. F., dan van Lanen H. A. J. 2012. A process-based typology of hydrological drought, Hydrol. Earth Syst. Sci., 16, 1915-1946, doi:10.5194/hess-16-1915-2012.
Vicente-Serrano S. M., Begueria S., dan Lopez-Moreno J. I. 2009. A multiscalar drought index sensitive to global warming: The Standardized Precipitation Evapotranspiration Index, Journal of climate., Vol. 23, pages 1696-1718, doi: 10.1175/2009JCLI2909.1.
Wells N., Goddard S., dan Hayes M. J. 2004. A self-calibrating Palmer Drought Severity Index, American Meteorological Society, 2335-2351.
Yevjevich V. 1967. An objective approach to definition and investigations of continental hydrologic droughts, Colorado State University.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to Jurnal Sumber Daya Air and Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air as publisher of the journal.Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms and any other similar reproductions, as well as translations. The reproduction of any part of this journal, its storage in databases and its transmission by any form or media, such as electronic, electrostatic and mechanical copies, photocopies, recordings, magnetic media, etc. , will be allowed only with a written permission from Jurnal Sumber Daya Air and Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.
Jurnal Sumber Daya Air and Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, the Editors and the Advisory International Editorial Board make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal.













